Jawabanatas pertanyaan tersebut dijawab dengan cukup baik dalam buku 60 Hadits Shahih tentang Hak-hak Perempuan dalam Islam. Cocok banget dibaca buat teman-teman kongkow yang selama ini memiliki banyak mispersepsi tentang Islam dalam memandang perempuan. Yuk, kita tengok lebih lanjut! Review Buku 60 Hadits Shahih tentang Hak Perempuan
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 085847 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d81da42ef42b6fa • Your IP • Performance & security by Cloudflare

Salahsatunya dengan menjawab pertanyaan yang akan disajikan di bawah ini. Pertanyaan tentang Hadis Apakah hadis hasan bisa dijadikan hujjah? Apakah hadis maudhu bisa dijadikan dalil? Apakah hadis dhaif bisa dijadikan dalil Apakah hadis dhaif dapat naik derajatnya ke hadis hasan ataupun shahih? Apa fungsi hadis pada masa awal perkembangan Islam?

Hadits Dalam Ash-Shahihain Yang Manakah Yang Dihukumi Dengan Hukum “Shahih”? Telah berlalu penjelasan yang mengatakan bahwa imam al-Bukhari dan Muslimrahimahumullah tidaklah memasukkan ke dalam kitab Shahihnya kecuali hadits-hadits yang shahih saja dan bahwasanya umat Islam secara keseluruhan sepakat untuk menerima hadits-hadits tersebut. Namun hadits-hadits seperti apakah yang dihukumi dengan hal tersebut? Jawabnya adalah Bahwa hadits-hadits yang diriwayatkan oleh keduanya al-Bukhari dan Muslim dengan sanad yang bersambung, maka itulah yang dihukumi dengan hukum shahih. Adapun yang dihapus satu perawinya atau lebih di awal sanadnya -Yang dikenal dengan nama Mu’alaq, dan ia Mu’alaq banyak terdapat di Shahih al-Bukhari, namun hanya ada di judul bab dan Muqaddmah pembukaan saja, tidak ada sedikitpun di inti bab. Adapun dalam Shahih Muslim, maka hanya ada satu hadits, yaitu yang ada di bab Tayammum dan tidak diriwayatkan dengan sanad bersambung di tempat lain,-, maka hukumnya sebagai berikut Pertama Yang diriwayatkan dengan redaksi jazm kata kerja aktif, seperti قَالَ dia mengatakan, أَمَرَ dia memerintahkan dan ذَكَرَ dia menyebutkan, maka sanad tersebut dinyatakan shahih disandarkan kepada orang yang mengucapkannya. Kedua Yang diriwayatkan dengan redaksi tidak jazm kata kerja pasif, seperti قِيلَdikatakan, أمِرَ diperintahkan dan ذُكِرَ disebut kan, maka ia tida bisa hukumi shahih disandarkan kepada orang yang mengucapkannya. Namun demikian tidak ada status hadits Wahin sangat lemah dalam hadits-hadits tersebut, dikarenakan keberadaannya di kitab yang dinamai oleh penulisnya al-Bukhari dan Muslim “ash-Shahih.” Apa Tingkatan-tingkatan Hadits Shahih? Telah berlalu penjelasan yang mengatakan bahwa sebagian ulama menyebutkan sanad yang paling shahih yang ada pada mereka. Maka berdasarkan pada hal itu, dan pada keberadaan syarat-syarat yang lain dari hadits Shahih, maka kita dapat mengatakan bahwa hadits Shahih memiliki tingkatan. Pertama Yang paling tinggi adalah apa yang diriwayatkan dengan sanad yang paling shahih,seperti raiwayat dengan sanad dari Malik, dari Nafi’ dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma. Kedua Yang di bawah tingkatan itu adalah yang diriwayatkan dari jalur para perawi yang mereka lebih rendah kedudukannya dibandingkan para perawio yang pertama. Seperti riwayat Hammad bin Salamah rahimahullah dan Tsabit rahimahullah dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu. Ketiga Yang lebih rendah tingkatannya dari itu adalah apa yang diriwayatkan oleh para perawi yang pada dirinya terdapat sifat tsiqah yang paling rendah tingkatannya. Seperti riwayat Suhail bin Abi Shalih rahimahullah dari bapaknya rahimahullah dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Dan digabungkan dengan perincian di atas pembagian hadits shahih menjadi tujuh tingkatan, yaitu 1. Pertama Yang disepakati keshahihannya oleh imam al-Bukhari dan Muslimrahimahumallah, dan ini adalah tingkatan yang paling tinggi. 2. Kedua Yang diriwayatkan sendirian oleh imam al-Bukhari rahimahullah. 3. Ketiga Yang diriwayatkan sendirian oleh imam Muslim rahimahullah 4. Keempat Yang sesuai dengan syarat keduanya syarat al-Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak membawakan/mencantumkan hadits tersebut dalam kitab mereka berdua. 5. Kelima Yang sesuai dengan syarat al-Bukhari rahimahullah, namun beliau tidak membawakan/mencantumkan hadits tersebut dalam kitabnya 6. Keenam Yang sesuai dengan syarat Muslim rahimahullah , namun beliau tidak membawakan/mencantumkan hadits tersebut dalam kitabnya 7. Ketujuh Hadits shahih yang ada pada kitab selain keduanya dari kalangan para Imam ahl hadits seperti Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban rahimahumallah dari hadits-hadits yang tidak sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim. Apa Yang Dimaksud Syarat Syaikhain Syarat al-Bukhari dan Muslim? Asy-Syaikhani/Asy-Syaikhain al-Bukhari dan Muslim keduanya tidak menyatakan secara tegas gamblang tentang syarat yang keduanya persyaratkan atau yang keduanya tetapkan sebagai tambahan dari syarat-syarat yang telah disepakati dalam hadits shahih. Namun dari penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh para peneliti dan pengkaji dari kalangan ulama terhadap uslub metode keduanya, nampak mereka bagi sesuatu, yang masing-masing dari mereka mengira bahwa itu adalah syarat keduanya atau syarat salah satu dari keduanya. Dan perkataan yang paling baik dalam masalah ini adalah”Bahwasanya yang dimaksud dengan syarat Syaikhain atau salah satu dari keduanya adalah, bahwa hadits tersebut diriwayatkan dari jalur para perawi yang ada di kedua kitab tersebut Shahih al-Bukhari dan Muslim atau salah satunya, dengan tetap memperhatikan kepada cara/metode yang dipegang teguh oleh keduanya dalam meriwayatkan hadits dari mereka.” Apa Makna Ucapan Para Ulama “Muttafaqun Alaihi”? Apabila para ulama hadits berkata tentang sebuah hadits” Muttafaqun Alaihi”, maka maksud mereka adalah kesepakatan asy-Syaikhain, yakin sepakatnya Syaikhain tentang shahihnya hadits tersebut, bukan kesepakatan seluruh ummat. Hanya saja Ibnu Shalah rahimahullah berkata”Akan tetapi kesepakatan ummat terhadapnya hadits itu adalah sesuatu yang sudah menjadi keniscayaan dari hal itu, dan menjadi kesimpulan dari perkataan itu, dikarenakan kesepakatan mereka ummat untuk menerima hadits-hadits yang disepakati shahih oleh keduanya” Apakah Hadits Shahih Diharuskan Berasal Dari Haidts Aziz Yang benar adalah bahwa tidak dipersyaratkan dalam hadits Shahih statusnya sebagai hadits Aziz hadits yang diriwayatkan oleh minimal dua orang perawi dalam tiap-tiap thabaqat sanad, artinya hendaknya hadits itu memiliki dua sanad. Hal ini karena ada di dalam -Shahihain dan kitab-kitab hadits-hadits yang shahih namun ia Gharib hadits yang diriwayatkan oleh satu orang perawi dalam salah satu thabaqat sanadnya. Dan sebagian ulama mengira hal itu mengira bahwa syarat hadits shahih adalah harus berstatus Aziz, seperti Abu Ali al-Jubba’i al-Mu’tazili, dan Imam al-Hakim. Dan perkataan mereka ini menyelishi kesepakatan ummat. Sumber تيسير مصطلح الحديث karya Dr. Mahmud ath-Thahhan, dengan sedikit tambahan. Maktabah Ma’arif, Riyadh, halaman 42-44. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono
SyaikhAbdul Muhsin Al Abbadd hafizhahullah ditanya tentang keshahihan hadits "Barangsiapa yang shalat di belakang imam maka bacaan imam adalah bacaannya". Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah menjawab, "Hadits ini dishahihkan oleh sebagian ulama dan didhaifkan oleh ulama yang lain. Adapun yang benar bahwasanya makmum tidaklah
Hadits sahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan Thahan dalam Taysiru Musthalahil Hadits menjelaskan hadits sahih adalah sebagai berikutما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علةArtinya, “Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan illah.”Dilihat dari definisi di atas, terdapat lima kriteria hadits sahih yang harus diperhatikan. Demikian pula ketika ingin mengetahui apakah hadits yang kita baca atau dengar sahih atau tidak, lima kriteria tersebut menjadi panduan utama. Kalau kelima kriteria itu ada dalam sebuah hadits, maka haditsnya sahih. Kalau tidak ada salah satunya berati hadits dijelaskan Mahmud At-Thahan dalam Taysiru Musthalahil Hadits, kelima kriteria tersebut adalah sebagai berikutKetersambungan SanadKetersambungan sanad ittishâlul sanad berati masing-masing perawi bertemu antara satu sama lain. Salah satu cara yang digunakan untuk membuktikan masing-masing rawi bertemu ialah dengan cara melihat sejarah kehidupan masing-masing perawi, mulai dari biografi guru dan muridnya, tahun lahir dan tahun wafat, sampai rekaman Adil KredibilitasSetelah mengetahui ketersambungan sanad, langkah berikutnya adalah meneliti satu per satu biografi perawi dan melihat bagaimana komentar ulama hadits terhadap pribadi mereka. Perlu diketahui, adil adalah yang dimaksud di sini berkaitan dengan muruah atau nama yang semasa hidupnya pernah melakukan perbuatan yang melanggar moral dan merusak muruah, hadits yang diriwayatkannya tidak bisa diterima dan kualitasnya Perawi KuatSelain mengetahui muruah perawi, kualitas hafalannya juga perlu diperhatikan. Kalau hafalannya kuat, kemungkinan besar haditsnya sahih. Tapi kalau tidak kuat, ada kemungkinan hadits tersebut hasan, bahkan Ada SyadzSyadz berati perawi tsiqah bertentangan dengan rawi lain yang lebih tsiqah darinya. Misalkan, ada dua hadits yang saling bertentangan maknanya. Untuk mencari mana kualitas hadits yang paling kuat, kualitas masing-masing perawi perlu diuji, meskipun secara umum sama-sama tsiqah. Dalam hal ini, perawi yang paling tsiqah dan kuat hafalannya lebih demikian, untuk memastikan kesahihan hadits, perlu dikonfirmasi dengan riwayat lain, apakah tidak bertentangan dengan hadits lain atau Ada IllahIllah yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang dapat merusak kesahihan hadits, namun tidak terlalu kelihatan. Maksudnya, ada hadits yang dilihat sekilas terkesan sahih dan tidak ditemukan cacatnya. Namun setelah diteliti lebih dalam, ternyata di situ ada sesuatu yang membuat kualitas hadits menjadi lemah. Hal ini dalam musthalah hadits diistilahkan dengan lima kriteria yang perlu diperhatikan pada saat menguji apakah sebuah hadits sahih atau tidak. Kalau hilang salah satu dari lima kriteria tersebut, kualitas hadits bisa jatuh pada hadits riwayat Al-Bukhari tentang Rasulullah membaca Surat At-Thur saat magrib. Al-Bukhari meriwayatkan hadits sebagai berikutحدثنا عبد الله بن يوسف قال أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قرأ في المغرب بالطورArtinya, “Abdullah bin Yusuf meriwayatkan dari Malik bin Anas, dari Ibnu Syihab, dari Muhammad bin Jubair , dari Muhammad bin Jubair bin Math’am, dari bapaknya Jubair bin Math’am yang berkata, Saya mendengar Rasulullah membaca Surat At-Thur saat magrib,’” HR Al-Bukhari.Riwayat di atas dihukumi sahih oleh para ulama hadits karena memenuhi kriteria hadits sahih. Dilihat dari ketersambungan sanad, masing-masing perawi terbukti bertemu antara satu sama lain; dilihat dari kualitas perawi semuanya dhabit dan adil; serta tidak terdapat syadz dan illat dalam sanad hadits. Wallahu alam. Hengki Ferdiansyah
HaditsShahih memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam. 1. Sumber ajaran Islam. Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur'an. Hadits sendiri dipilah mana yang shahih dan mana yang dha'if. Tujuan pemilahan ini adalah untuk mengetahui tingkat validitas hadits.
JAKARTA - Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa`id dan Abu Hurairah mengatakan "Tidaklah keletihan, penyakit, kegelisahan, kesedihan, sakit hati, dan kesusahan yang menimpa seorang muslim, sekalipun tusukan duri yang diterimanya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dosanya dengan itu” HR Bukhari dan Muslim.Dunia ini tidak lebih dari sebuah ujian di mana semua manusia pasti akan menghadapi beberapa kesulitan dan tantangan yang mengungkapkan kesabaran dan keteguhan mereka. Bentuk ujian ini banyak dan beragam, ada orang yang menderita kemiskinan, ada yang menderita penyakit fisik, ada yang hidup dalam keadaan tidak aman, ada yang kehilangan orang yang mereka sayangi dan cintai, dan ada pula yang menderita gangguan kejiwaan. Dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 155-157 pun disebutkan, وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَKami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah wahai Nabi Muhammad, kabar gembira kepada orang-orang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn” sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat ayat diatas Allah berfirman dalam surat Al Mulk ayat 2,الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُYaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha kesulitan tidak dapat dihindari, Islam tidak membiarkannya berlalu begitu saja tanpa bimbingan yang tepat tentang sikap yang paling tepat. Hadits di atas mengungkapkan salah satu dimensi resep Islam untuk berhasil menghadapi tantangan menyeimbangkan efek negatif yang ditimbulkan oleh penderitaan, Islam mengajarkan kita tentang hikmah dibalik penderitaan. Masalah berfungsi sebagai sarana untuk menebus dosa dan mengangkat derajat orang beriman di optimis dan positif ini melindungi seseorang dari keputusasaan dan kesedihan. Di sini, tepat untuk mengutip beberapa hadits Nabi yang menekankan konsep ini,Abu Yahya Suhaib bin Sinan menceritakan bahwa Rasulullah mengatakan "Betapa indahnya seorang beriman; ada kebaikan baginya dalam segala hal dan ini hanya berlaku bagi seorang mukmin. Jika kemakmuran menyertainya, dia bersyukur kepada Allah dan itu baik baginya; dan jika kesulitan menimpanya, dia menanggungnya dengan sabar dan itu baik baginya” Muslim.Dalam hadits lain Abu Hurairah menyebutkan Rasulullah berkata, "Barangsiapa yang Allah kehendaki baik, Dia membuatnya menderita beberapa penderitaan" Al-Bukhari.Abu Hurairah menyebutkan bahwa seorang muslim, pria atau wanita, terus berada di bawah ujian dalam hal kehidupan, harta, dan keturunannya sampai dia menghadap Allah Yang Maha Tinggi, tanpa catatan dosa” At-Tirmidzi.Hadits di atas tidak boleh disalahartikan sebagai ajakan untuk berputus asa. Pesan yang disampaikan hadits adalah bahwa setiap muslim harus mengharapkan kesulitan dan bersiap untuk menghadapinya. Karena itu, orang beriman menghadapi kesulitan dengan hati yang berani, mereka mempercayai kebijaksanaan Allah dan percaya pada rahmat-Nya dan mereka tahu bahwa ujian ini bermanfaat. Bandingkan sikap itu dengan perasaan bahwa seseorang sendirian di dunia ini, menghadapi tantangan beratnya yang terisolasi dari sumber dukungan atau bantuan apa pun. Jadi, hadis-hadis ini dimaksudkan untuk menanamkan harapan dan semangat kepada Muslim dan mengusir pikiran-pikiran tentang kegagalan dan keputusasaan. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang mereka, kita harus mempertimbangkannya berdasarkan hadits berikut,Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah, dan keduanya apa yang bermanfaat dan teruslah meminta pertolongan Allah dan jangan Anda menderita dengan cara apa pun, jangan katakan 'Jika saya mengambil langkah ini atau itu, itu akan menghasilkan ini dan itu,' tetapi katakan saja 'Allah telah menentukan dan melakukan apa yang Dia kehendaki.' Kata 'jika' membuka gerbang setan pikiran” Muslim.Hadits ini sejalan dengan peringatan Nabi kepada sepupunya Ibn `Abbas ra dengan dia bahwa dengan kesabaran datang kemenangan, dengan kesusahan datang kemudahan, dan dengan kesulitan datang hal ini, satu ide bisa menjadi sumber kekhawatiran dan gangguan. Bagaimana kita bisa mendekati penderitaan dengan optimisme seperti itu ketika itu adalah tanda yang jelas dari murka Allah dan manifestasi dari hukuman-Nya? Bukankah Allah berfirman, dalam AsybSyura ayat 30وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍMusibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak kesalahanmu.Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui banyak orang, terutama yang sedang berlatih, ketika mereka ditimpa musibah, kehilangan orang yang disayang, atau dijangkiti penyakit. Masalahnya, dalam banyak kasus, pikiran ini menjadi sumber frustrasi dan menjadi pendorong untuk bertobat dan mendekatkan diri kepada-Nya, gagasan itu kadang-kadang menjadi faktor yang melemahkan semangat. Nah, mari kita lihat bagaimana para Sahabat memandang ayat di atas dan bagaimana mereka menyikapinya secara positif dan komentarnya tentang ayat di atas, Imam Al-Qurtubi menjelaskan ayat ini adalah yang paling membangkitkan harapan di dalam Al Quran, jika dosa-dosa saya ditebus melalui penderitaan dan bencana, dan di atas itu, Allah akan mengampuni banyak dosa lainnya, lalu apa yang tersisa setelah penebusan dan pengampunan tersebut?”Benar, malapetaka hidup membuat hati hancur dan orang-orang terkasih kehilangan, tetapi orang percaya yang cerdas tahu bagaimana mengubahnya menjadi sumber tekad dan sumber hadits shahih yang indah di mana Nabi memberi tahu kita bahwa orang-orang yang menghadapi cobaan terberat adalah para nabi, kemudian orang-orang di sisi mereka dan lalu selanjutnya. Setiap orang akan diuji menurut kadar keimanannya, orang yang memiliki iman yang kuat akan mengalami cobaan yang keras dan orang yang imannya lemah akan menerima cobaan yang lemah. Dan kesengsaraan itu akan meliputi seseorang sampai dia bebas dari dosa sama sekali.
Halini karena ada di dalam -Shahihain dan kitab-kitab hadits-hadits yang shahih namun ia Gharib (hadits yang diriwayatkan oleh satu orang perawi dalam salah satu thabaqat sanadnya). Dan sebagian ulama mengira hal itu (mengira bahwa syarat hadits shahih adalah harus berstatus 'Aziz), seperti Abu 'Ali al-Jubba'i al-Mu'tazili, dan Imam al-Hakim.
Banyak orang yang belum bisa membedakan antara hadits dhaif yang berarti lemah dengan hadist maudhu yang berarti palsu. Padahal hadits dhaif itu sangat beragam modelnya. Suatu hadits dinilai dhaif karena tidak terkumpul padanya sifat hadits hasan, lantaran kehilangan satu dari sekian syarat-syaratnya. Imam Al-Baiquni Umar bin Muhammad w. 1080 H dalam kitab Mandzumat al-Baiquniyyah meyebutkan وكل ما رتبة الحسن. فهو الضعيف وهو أقساما كثر Semua hadits yang tidak sampai level hasan, maka disebut hadits dhaif. Macam hadits dhaif ada banyak Paling tidak ada 5 syarat hadits disebut shahih, sebagiamana disampaikan oleh para ulama. Jika ditanya, apakah dahulu ketika Nabi Muhammad shallaAllahu alaihi wasallam selesai menyampaikan suatu Hadits, beliau berujar “Hadits ini shahih, atau Hadits ini dhaif?” Tentu saja tidak Apakah dahulu para shahabat Nabi sudah menerapkan sistematika yang terstruktur dengan baik dalam menerima suatu Hadits? Harus tersambung sanadnya, adil dan dhabith rawinya misalnya? Tentu saja belum. Lalu darimana kita dapati lima syarat-syarat diterimanya suatu hadits yang kita kenal saat ini? Jawabannya adalah dari ijtihad para ulama. Untuk apakah Ijtihad itu dilakukan? Abdurrahman bin Abu Bakar Jalaluddin as-Suyuthi w. 911 H dalam kitab Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi w. 911 H menyebutkan bahwa tujuan dari itu semua tidak lain adalah untuk mengetahui suatu hadits shahih yang benar-benar berasal dari Nabi yang nantinya bisa dijadikan hujjah Para ulama telah berusaha membuktikan otentisitas hadits; baik secara ekstern yang menyangkut sanad Hadits, maupun secara intern yang menyangkut matan Hadits. Berdasarkan kajian tersebut, secara gradual tersusunlah kerangka epistemologi untuk menentukan otentisitas sebuah hadits. Itulah yang nantinya disebut sebagai syarat-syarat ke-shahih-an Hadits. Hadits shahih merupakan salah satu modal dasar penetapan hukum syariat. Tak jarang, ulama berbeda pendapat dalam menetapkan suatu hukum syariat, karena perbedaan mereka dalam menilai derajat suatu hadits. Suatu hadits dinilai dhaif karena tidak terkumpul padanya sifat hadits hasan, lantaran kehilangan satu dari sekian syarat-syaratnya. Ada dua kemungkinan kelemahan sebuah hadits. Pertama, lemah dari sisi isnad, yaitu jalur periwayatan. Kedua, kelemahan dari sisi diri perawi, yaitu orang-orang yang meriwayatkan hadits itu. Yang dimaksud dengan hadits lemah dari sisi sanad adalah kelemahan dalam jalur periwayatan hadits itu dari Rasulullah SAW kepada perawi yang terakhir. Maksudnya, ada satu, dua atau lebih perawi yang tidak lengkap dalam sebuah jalur periwayatan, dengan berbagai sebab. Yang jelas, jalur itu menjadi ompong karena terjadi kekosongan satu atau beberapa perawi di dalamnya. Dan akibatnya, sanadnya menjadi tidak tersambung dengan benar. Dan para ulama membagi lagi kelemahan jalur periwayatan itu menjadi beberapa jenis, antara lain hadits muallaq معلّق, mursal مرسل, mu’dhal معضل, munqathi’ منقطع, mudallas مدلّس, mursal khafi مرسلْ خافي, mu’an-an معنعن dan muannan معنّن Sedangkan kelemahan dari sisi perawi berbeda dengan kelemahan isnad. Kelemahan ini bukan karena tidak adanya perawi atau terputusnya jalur periwayatan, tetapi karena rendahnya kualitas perawi itu sendiri sehingga hadits itu jadi tertolak hukumnya. Maka hasilnya sebenarnya sama saja, baik lemah dari sisi jalur atau pun lemah dari sisi personal para perawinya. Para ulama menyusun daftar hadits yang tertolak karena faktor lemahnya kualitas perawi, di antaranya adalah hadits maudhu, matruk, munkar, ma’ruf, mu’allal, mukhalif li-tsiqah, mudraj, mudhtharib, mushahhaf, syadz, jahalah, mubtadi, su’ul hifdz SyaikhSa'd bin Abdullah Al Humaid -hafidzohullah- ditanya tentang pertanyaan sebagai berikut : Pertanyaan : "Kitab-kitab terpenting apa saja yang mestinya dimiliki oleh seorang tholibul ilmi (penuntut ilmu) untuk mentakhrij hadits Nabi?" SOAL I Ada 4 istilah dalam ulumul Hadits yaitu Hadits sunnah,atshar,khabar. a Jelaskan pengertian masing masing baik dari segi bahasa maupun istilah b Berilah contoh masing masiing! Sunnah menurut bahasa adalah الطريقة محمودة كانت أومذمومة Jalan yang dilalui baik terpuji atau tercela Contoh seperti sabda Nabi SAW لتتبعن سنن من قلكم شبرا بشبرودراعا بدراع حتى لوسلكوا جحرضب لسلكتموه رواه البخاري ومسلم “sesungguhnya akan mengikuti sunnah sunnah perjalanan orang orang sebelummu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta , sehingga akhirnya mereka memasuki sarang dhab berupa biawak sungguh kamu masuki juga “ Bukhari dan Muslim Menurut istilah seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Ajat Al Khatib ماأثرعن النبي صلى الله عليه وسلم من قول اوفعل أوتقرير أوصفة خلقية أوسيرة سواء كان قبل البعثة أوبعدها “ Segala yang dinukilkan dari Nabi Saw baik berupa Perkataan , Perbuatan , Taqrir, Pengajaran, Sifat, Kelakuan< Perjalan Hidup baik sebelum Nabi diang kat menjadi Rasul atau sesudahnya “ Pengertian Khabar Secara bahasa artinya warta atau berita yang disampaikan dari seorang kepada orang lain. Menurut Istilah ahli hadist ما أضيف الى النبي صلى الله عليه وسلم أوغيره “Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi SAW, atau dari selain Nabi SAW “ Pengertian Atsar Dari segi bahasa berarti bekas, sesuatu atau sisa sesuatu Dari segi Istilah Atsar untuk perkataan perkataan Ulama salaf,Sahabar,Tabiin,dll. SOAL 2 Unsur hadist ada 3 yaitu sanad ,matan, mukhrijul hadist a. Jelaskan pengertian masing masing baik dari segi bahasa dan istilah. b. Berilah contoh masing masing . Adapun yang menjadi Unsur-unsur daripada hadist dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk, yakni 1. Sanad Menurut bahasa, sanad ialah sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran. Menurut istilah ada beberapa pengertian sebagai berikut Pertama, Silsilah orang-orang yang meriwayatkan hadist yang menyampaikannya kepada matan hadist. Kedua, Silsilah para rawi yang menukilkan hadist dari sumbernya pertama. Sanad adalah jalan yang menyampaikan kita pada matan hadis atau rentetan para rawi yang menyampaikan matan hadis. Dalam hubungan ini dikenal istilah musnid, musnad, dan isnad. Musnid adalah orang yang menerangkan hadis dengan menyebutkan sanadnya. Musnad adalah hadis yang seluruh sanadnya disebutkan sampai kepada Nabi SAW pengertian ini berbeda dengan kitab Musnad. Adapun isnad adalah keterangan atau penjelasan mengenai sanad hadis atau keterangan mengenai jalan sandaran suatu hadis. 1. Matan Suatu yang akan menyampaikan kepada sanad dari ucapan atau disebut juga redaksi hadist atau isi hadist Menurut istilah, matan adalah lafazd-lafazd hadist yang di dalamnya mengandung makna-makna tertentu. 3. Rawi Yaitu orang yang meriwayatkan/memberitakan hadist. Sebenarnya antara sanad dan rawi adalah dua istilah yang tidak dapat dipisahkkan. Orang yang menerima hadist kemudian menghimpunnya dan membukukannya dalam satu buku disebut “rawi”. Sedangkan orang yang menerima hadist dari sumber yang pertama rasulullah, itulah yang disebut dengan “sanad”. Contoh sanad Sebagai contoh dari sanad adalah seperti yang terlihat dalam hadis ini روى الإمام البخاري قال حدثنا محمد بن المثنى قال حدثنا عبد الوهاب الثقفي قال حدثنا أيوب. عن أبي قلابة . عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما. وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله . وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار “Imam Bukhari meriwayatkan, ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn al-Mutsanna, ia berkata, “telah menceritakan kepada kami Abd al-Wahhab al-Tsaqafi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abi Qilabag, dari Anas, dari Nabi SAW., beliau bersabda, Ada tiga hal yang apabila seseorang memilikinya maka ia akan memperoleh manisnya iman, yaitu bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya, bahwa ia mencintai seseorang hanya karena Allah SWT, dan bahwa ia benci kembali-kepada kekafiran sebagaimana ia benci masuk ke dalam api neraka’.” Pada hadis di atas terlihat adanya silsilah para perawi yang membawa kita sampai kepada matan hadis, yitu Bukhari. Muhammad ibn al-Mutsanna, Abd al-Wahhab al-Tsaqafi, Ayyub, Abi Qilabah, dan Anas Ranggakaian nama-nama itulah yang disebut dengan sanad dari Hadis tersebut, karena merekalah yang menjadi jalan bagi kita untuk sampai ke matan Hadis dari sumbernya yang pertama. Contoh matan Dari Hadis berikut روى الإمام البخاري قال حدثنا محمد بن المثنى قال حدثنا عبد الوهاب الثقفي قال / حدثنا أيوب. عن أبي قلابة . عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما . وأن يحب المرء لابحبه إلا لله . وأن يكره أن يعودفي الكفر كما يكره أن يقذف في النار. “Imam Bukhari meriwayatkan, ia berkata, “telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn al-Mtsanna, ia berkata, telah menceritakan kepada kami’ Abd al-Wahhab al-Tsaqafi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abi Qilabah, dari Anas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Ada tiga hal yang apabila seseorang memilikinya maka ia akan memperoleh manisnya iman, yaitu bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya, bahwa ia membenci masuk ke dalam api neraka”. Makna , lafaz ... ثلاث من كن فيه ... إلى ...أن يقذف في النار “Adalah merupakan matan dari Hadis tersebut”. SOAL 3 Sebutkan syarat syarat ke Sahih an sebuah Hadist dan berilah penjelasan ! Syarat – syarat ke Sahih an Hadist 1. Sanad nya bersambung Ittisal as sanad Artinya setiap hadist yang diriwayatkan oleh perawi tali – temali sambung dalam penerimaan hadistnya Kepada Nabi Muhammad SAW. 2. Diriwayatkan oleh Penutur /Perawi yang adil. Artinya adil dalam periwayatanya dan sifat yang ada pada seseorang yang senantiasa mendorong untuk bertakwa dan menjaga kredibelitasnya 3. Memiliki sifat Istiqomah dan kuat ingatanya Dhobit Ada dua macam yaitu dhobitus shodri yaitu kuat hafalan dan dhobitul kitab yaitu kuat dalam tulisan 4. Hadist yang diriwayatkan tidak syadz. 5. Hadist yang diriwayatkannya harus terbebas dari illat cacat yang dapat menyebabkan kualitas hadist menjadi turun HADIST SAHIH TERBAGI MENJADI DUA MACAM 2. SAHIH LIDZATIHI Adalah sebuah hadist yang mencakup semua syarat hadist sahih dan tingkatan rawinya pada tingkatan pertama . Sehingga apabila sebuah hadist telah di telaah dan telah memenuhi syarat diatas , tetapi tingkatan perawinya berada di tingkatan kedua maka hadist tersebut dinamakan hadist hasan. 3. SAHIH LIGHOIRIHI Hadist diamakan Lighoirihi karena ke Sahih an hadist ini disebabkan oleh sesuatu yang lain,yaitu dikuatkan dengan bantuan hadist lain dengan teks yang sama yang diriwayatkan melalui jalur lain. CARA MENGUKUR KESAHIHAN SEBUAH HADIST Untuk mengetahui sebuah Hadist sahih atau tidak, kita bisa melihat dari beberapa syarat yang telah tercantum dalam sub yang menerangkan sesahihan hadist tersebut. Apabila dalam syarat syarat yang ada pada hadist shahih tidak terpenuhi , maka secara otomatis tingkat hadist itu akan turun dengan sendirinya . SOAL 4 Jelaskan Pengertian Tahamul al Hadist dan Pengertian Ada’ul Hadist dan sebutkan 8 metode Tahammul Hadist! Pengertian Tahammul Hadist Ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan tahammul adalah “ mengambil atau menerima hadist dari seorang guru dengan salah satu cara tertentu “ Pengertian Ada’ul al-Hadist Ada’ secara etimologis berarti sampai atau melaksanakan Secara terminologis Ada’ berarti sebuah proses mengajarkan meriwayatkan dari seorang guru kepada muridnya Pengertianya adalah meriwayatkan dan menyampaikan Hadist kepada murid atau proses mereportasekan Hadist setelah ia menerimanya dari seorang guru. DELAPAN METODE TAHAMMUL WA ADA’UL HADIST Ada delapan sigat isnad dan yang disebutkan lebih dulu lebih tinggi tingkatannya dari yang disebut kemudian, yaitu 1 as-sima’min lafz asy-syaikh mendengar dari lafal syekh, contohnya sami’tu aku mendengar; 2 qira’at ala asy-syaikh membaca tulisan syekh, contohnya qara’tu ala aku membaca; 3 al-ijazat, contohnya ajaztu laka Sahih al-Bukhari aku bolehkan/izinkan untukmu kitab Sahih al-Bukhari; 4 al-munawalah, contohnya “hadis ini saya terima dari si Anu, maka riwayatkanlah atas namaku”; 5 al-mukatabah tulisan, contohnya “si Anu telah menceritakan padaku secara tertulis”; 6 al-i’lam pemberitahuan, contohnya “Saya telah meriwayatkan hadis ini dari si Anu, maka riwayatkanlah daripadaku”; 7 al-wasiyat, yakni guru mewasiatkan suatu hadis menjelang ia pergi jauh atau merasa ajalnya sudah dekat; dan 8 al-wijadah, yakni rawi memperoleh hadis yang ditulis oleh seorang guru, tetapi tidak dengan jalan sima’i atau ijazah, baik semasa atau tidak, baik berjumpa atau tidak. Sigat isnad itu dalam kitab-kitab hadis biasa disingkat penulisannya. 1. SIMAK Mendengar Yaitu mendengar langsung dari sang guru , simak mencakup Imla’ Pendektean dan tahdist Narasi atau memberi informasi Menurut mayoritas ahli hadist simak merupakan shigat riwayat paling tinggi. 2. AL QIRA’AH membacakan hadist pada Syeikh Qiraah sendiri memaparkan sendiri yang juga disebut Al-Ard memiliki dua bentuk. Pertama, seorang rawi membacakan hadist syeikh,. Baik hadist yang dia hafal atau yang terdapat dalam sebuah kitab yang ada didepannya. Kedua, ada orang lain membacakan hadist, sementara rawi dan syeikh berada pada posisi mendengarkan. 3. IJAZAH Salah bentuk menerima hadist dan mentranferkan dengan cara seorang guru memberi izin kepada muridnya atau orang lain unuk meriwayatkan hadist yang ada dalam catatan pribadinya kitab , sekalipun murid tidak pernah membacanya atau mendengar langsung dari sang guru. Ibnu Hazm menentang wirayat dengan ijazah dan menggapnya sebagai bid’ah. 4. MUNAWALAH Tingkatan seorang guru memberikan sebuah kitab atau hadist tertulis agar disampaikan dengan mengambil sanad darinya. Menurut Shiddiq Basyir Nashr dalam bukunya dalam bukunya Dlawabith al Riwayah Munawalah terdapat dua bagian, yaitu disertai dengan riwayah dan tidak disertai dengan riwayah. 5. MUKATABAH menulis Yang dimaksud dengan menulis disini adalah aktifitas seorang guru menuliskan hadist baik ditilis sendiri atau menyuruh orang lain untuk kemudian diberikan kepada orang yang berada dihadapannya,atau dikirimkan pada orang yang berada ditempat lain. 6. AI-I’LAM memberitahukan I’lam adalah tindakan seorang guru yang memberikan kepada muridnya bahwa kitab atau hadist ini adalah riwayat rawinya atau dari yang dia dengar, tanpa disertai dengan pemberian ijazah untuk menyampaikannya. Masuk dalam bagian ini apabila seorang murid berkata kepada gurunya ” ini adalah hadist riwayat,bolehkah saya menyampaikannya? “ lalu syeikh menyawab ya atau hanya diam saja. 7. WASIAT Wasiat adalah penegasan syeikh ketika hendak bepergian atau dalam masa masa sakaratul maut; yaitu wasiat kepada seseorang tentang kitab tertentu yana di riwayatkannya. Sejumlah ulama’ memperoleh mereportasekan hadist yang diperoleh dengan cara wasiat. Waasiat hadist menurut mereka sama dendan pemberitahuan dan pemberian, yang seolah olah sheikh memberikan izin kepada muridnya dan memberitahukan bahwa ini termasuk riwayatnya. 8. WIJADAH Seorang rawi menemukan hadits yang ditulis oleh orang yang tidak seperiopde,atau seperiode namun tidak bertemu, atau pernah bertemu namun ia tidak mendengar langsung hadist tersebut dari penulisnya. Wijadah juga tidak terlepas dari pertentangan pendapat antara yang memperolehkan dan para kritikus hadist yang memperolehkan menyatakan bahwa, ketika penemu ingin mertiwatkannya maka ia harus menggunakan lafat Wajattuh bihotti fulan atau Fulanu bihottihi. Wajattu fi kitab. SOAL 5 Jelaskan Pengertian Ilmu Al – Jarh Wat Ta’dil , Sebutkan dan uraikan tingkatan attakhrir dan tingkatan Al Jarh secara detail ! Pengertian Ilmu Jarhi Wattakrir Ilmu al-jarh, yang secara bahasa berarti luka, cela, atau cacat, adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kecacatan para perawi, seperti pada keadilan dan kedhabitannya. Para ahli hadis mendefinisikan al-jarh dengan الطعن فى راوى الحديث بما يسلب أو يخل بعدالته أو ضبطه "kecacatan pada perawi hadis disebabkan oleh sesuatu yang dapat merusak keaiban atau kedhabitan perawi".[2] Sedangkan menurut istilah ahli hadis, adalah ظهور وصف فى الراوى يفسد عدالة أو يخل بحفظه وضبطه مما يترتب عليه سقوط روايته أو ضعفها وردها. " Nampak suatu sifat pada rawi yang merusakan keadilannya, atau mencedarakan hafadahnya, karenanya gugurah riwayatnya atau dipandang lemah".[3] Al – Jarh berarti munculnya suatu sifat dalam diri perawinya yang menodai sifat adilnya, atau mencacatkan hapalan dan kekuatan ingatan nya yang mengakibatkan gugur riwayatnya atau lemah riwayatnya atu bahkan tertolak riwayatnya , adapun At- tajrih menyifati seorang perawi dengan sifat sifat yang membawa konsekuensi penilaian lemah atas riwayat , ya atau tidak diterima. Tingkatan Attakrir Pertama , dengan kepopuleranya di kalangan para ahli ilmu bahwa ia dikenal sebagai seorang yang adil bisy-syurah Kedua , dengan pujian dari seseorang yang adil yaitu ditetapkan sebagai rawi yang adil oleh orang yang adil yang semula rawi yang di takdilkan itu belum terkenal sebagai rawi yang adil. Tingkatan Al - Jarh. Tingkatan al-jarh cacat dan lafadznya a. lafadz yang menunjukan pada kelemahan. b. Lafadz yang dijelaskan dengan ketidakadahujjahan atau yang semisalnya. c. Lafadz yang dijelaskan dengan tidak ada penuisan hadis. d. Lafadz yang mengandung penuduhan kebohongan atau yang lainnya. e. Lafadz yang menunjukan kebohongan. f. Lafadz yang menunjukan pada keterlaluan si rawi tentang cacatnya dengan menggunakan lafadz ynag berbentuk af'al al tafdil. Hukum tingkatan ini adalah a yang termasuk dua martabat pertama tidak bisa dipakai hujjah hadisnya sama sekali tetapi hadisnya ditulis hanya sebagai kata-kata saja; b adapun empat tingkatan selanjutnya tidak bisa dipakai hujjah dan tidak bisa ditulis untuk apapu haditstentang larangan banyak bertanya. I. PENDAHULUAN. Sesungguhnya banyaknya terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak bersumber sama sekali dari AlQuran maupun dari as-Sunnah lantaran meninggalkan kesibukan yang semestinya diarahkan kepada perbuatan melakukan perintah Allah dan RasulNya dan menjauhi larang-larangan keduanya.

Pertanyaan Assalamu’alaikum, Ana mau tanya apa yang dimaksud dengan derajat hadits hasan shahih? Tolong antum jelaskan beserta sebab-sebab keluarnya istilah itu. Jazakumullah khair. Jawaban Alhamdulillah, wash sholatu was salaamu ala rasulillah. Amma ba’du Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjawab “Hadits yang diberikan dua penilaian sekaligus ini -yaitu hasan dan shahih- tidaklah lepas dari dua kemungkinan berikut ini Pertama, bisa jadi hadits tersebut termasuk hadits yang gharib yaitu seorang perawi hanya menyendiri dalam meriwayatkan hadits itu atau Kedua, haditsnya tidak demikian menyendiri. Kalau dipilih kemungkinan yang pertama maka sebab penggabungan kedua penilaian ini merupakan keraguan ulama penilai hadits tersebut terhadap perawi yang menyendiri, apakah dia termasuk orang yang dhabith bisa menjaga hadits, hafal sehingga haditsnya dinilai shahih ataukah dia itu khafifu dhabth lemah hafalannya sehingga haditsnya dinilai hasan. Berdasarkan alasan tersebut, maka ungkapan tersebut yakni hasan shahih bisa ditafsirkan dengan makna “hasan atau shahih” dan kedudukannya berada di bawah tingkatan hadits yang diberi predikat shahih secara tegas. Dan apabila ditafsirkan dengan kemungkinan kedua yaitu perawinya tidak menyendiri dalam meriwayatkan hadits itu maka penggabungan itu berdasarkan kondisi dua buah sanad alur periwayatan. Sanad yang berderajat shahih sedangkan yang kedua lagi berderajat hasan, sehingga dua penilaian itu pun diberikan kepadanya berdasarkan pertimbangan kondisi kedua buah sanadnya, dan hal itu membuat statusnya lebih kuat daripada hadits yang hanya diberikan predikat shahih.” Al Hafizh Ibnu Daqiqil Ied berkata, “Tidak ada pertentangan makna antara penilaian hasan dan shahih secara bersamaan kecuali apabila ternyata hadits tersebut hanya mencapai predikat hasan, adapun apabila suatu hadits mencapai derajat shahih maka predikat hasan itu pun telah tercapai dan tidaklah mustahil hal itu terjadi mengikuti predikat shahih, sebab keberadaan derajat hadits yang lebih tinggi tidak otomatis menafikan derajat yang lebih rendah, maka dengan begitu sah-sah saja jika dikatakan “hasan” ditinjau dari sisi sifatnya yang lebih rendah dan shahih’ bila ditinjau dari sisi sifatnya yang lebih tinggi.” Dialih bahasakan dari Min Athyabil Minah fi Ilmil Mushthalah hal. 17-18, karya Syaikh Abdul Karim Muraad dan Syaikh Abdul Muhsin Al Abbaad hafizhahumallah. *** Penanya Rizky Krisnaldi Dijawab oleh Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi Sumber 🔍 Syarat Qodho Sholat, Beda Masya Allah Dan Subhanallah, Bulan Bintang Masjid, Hukum Kredit Motor Dalam Islam, Pembagian Ilmu Tauhid, Hukum Melaksanakan Salat Idul Fitri Adalah KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28

Pendapatterakhir inilah yang shahih dengan dasar hadits tentang masalah jual beli sistem salam4. Wallahu a'lam. Masalah 48: Jual beli sampel/contoh Maksudnya, sang penjual membawa contoh barang yang hendak dijual, kemudian ditaruh di tokonya atau etalase, di mana barang serupa masih banyak di gudang.
Tentu kita sudah sering mendengar istilah ini hadits. Tiap hari Jumat kita mendengar para khatib menyebutnya. Hadits riwayat Bukhari. Hadits shahih, hadits dha’if. Dan seterusnya… Lalu apa itu sebenarnya hadits? Bagaimana sejarahnya? Di mana kita bisa menemukannya? Pengertian Hadits Hadits itu secara bahasa artinya baru, perkataan dan kejadian. Diartikan sesuai konteks kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai kabar atau berita. Secara istilah, hadits yaitu semua yang disandarkan pada Rasulullah Saw. baik berupa perkataan, perbuatan, maupun persetujuan. Dengan kata lain semua yang Rasulullah ucapkan, lakukan dan setujui, semua itu adalah hadits. Apa pentingnya ucapan dan perbuatan Rasulullah? Hal ini berkaitan erat dengan tugas utama Rasulullah. Tugas itu adalah menyampaikan ajaran Islam, baik secara lisan maupun contoh perbuatan. Setiap yang beliau ucapkan dan lakukan itu pasti selalu berkaitan dengan tugas tersebut. Oleh karena itu, semua yang beliau ucapkan dan lakukan itu menjadi sangat penting. Di mana kita bisa menemukan hadits? Kita bisa menemukan hadits dalam kitab-kitab himpunan hadits. Seperti kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, dll. Silakan baca Kitab-Kitab Hadits Induk Yang Paling Populer Apakah Imam Bukhari dan Imam Muslim itu pernah bertemu Rasulullah? Tidak pernah. Karena Imam Bukhari dan Imam Muslim itu hidup 200 tahun setelah Rasulullah Saw. meninggal dunia. Lalu dari mana mereka bisa menghimpun hadits? Hadits itu sudah dihafal sejak Rasulullah masih hidup. Jadi selain al-Qur’an, banyak shahabat murid Rasulullah yang menghafal dan mencatat hadits. Apa yang pernah mereka dengar dari ucapaan Rasulullah, mereka perhatikan. Demikian pula apa yang beliau lakukan, para shahabat memperhatikannya dengan baik. Lalu mereka menyampaikan ilmunya itu kepada para murid mereka. Para murid shahabat itu disebut dengan tabi’in. Demikian seterusnya, ilmu tentang hadits ini pun disampaikan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Sampai kepada Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai penghimpun dan pembuku hadits. Apakah tidak mungkin ada orang yang membuat hadits palsu? Bukan hanya mungkin, tapi sudah banyak terjadi. Oleh karena itulah, ada ilmu yang disebut dengan Ulumul Hadits. Di antara bahasan Ulumul Hadits itu ada metode tentang bagaimana cara menyeleksi hadits yang asli dan hadits yang palsu. Dari situlah ada istilah hadits shahih, hadits dha’if dan hadits maudhu’ hadits palsu. Allahu a’lam. xDPvWGI.
  • 40a27vkks8.pages.dev/150
  • 40a27vkks8.pages.dev/484
  • 40a27vkks8.pages.dev/496
  • 40a27vkks8.pages.dev/325
  • 40a27vkks8.pages.dev/156
  • 40a27vkks8.pages.dev/457
  • 40a27vkks8.pages.dev/13
  • 40a27vkks8.pages.dev/393
  • pertanyaan sulit tentang hadits shahih